4 Aroma yang Dapat Mengurangi Depresi
Sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan dalam jurnal medis Frontiers in Neuroscience mengamati hubungan antara indra penciuman seseorang dan kemungkinan mereka mengalami depresi.
Mereka mencatat bahwa orang-orang yang kehilangan indera penciuman lebih mungkin mengalami depresi klinis dalam waktu lima hingga 10 tahun dibandingkan mereka yang tidak kehilangan indera penciuman. Selain itu tingkat keparahan kehilangan indera seseorang ternyata dapat memprediksi tingkat depresi mereka pada akhirnya.
Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa meningkatkan indra penciuman dapat membantu memperbaiki gejala depresi. Pengayaan penciuman dalam bentuk aromaterapi “memodifikasi struktur otak dan meningkatkan status kognitif dan emosional,” tulis para peneliti.
Nah, jika kamu ingin meningkatkan kesejahteraan mental dengan aromaterapi, berikut adalah empat aroma spesifik yang direkomendasikan para peneliti untuk mengurangi gejala depresi.
1. Aroma yang familier
Penelitian baru yang diterbitkan bulan lalu di JAMA Open Network menunjukkan bahwa aroma yang familiar dapat memperbaiki gejala pada orang dengan gangguan depresi. Itu karena individu yang menderita depresi diketahui lebih sulit mengingat kenangan tertentu. Namun, mencium aroma yang familiar membantu orang mengingat lebih banyak kenangan.
Kymberly Young, seorang profesor psikiatri di University of Pittsburgh dan salah satu penulis studi tersebut, menyatakan bahwa dengan sedikit pelatihan, penderita depresi mungkin dapat mengurangi gejalanya dengan menggunakan aroma untuk mendapatkan memori positif.
Dan, sepertinya aroma apa pun yang kita ingat secara pribadi bisa digunakan. Aroma yang dipakai dalam penelitian ini antara lain jeruk, ekstrak vanila, jintan, wiski, anggur merah, sirup obat batuk, desinfektan, semir sepatu, dan banyak lagi.
2. Lavender
Banyak dari kita mengasosiasikan lavender dengan ketenangan, dan sesuai dengan temuan penelitian terakhir, hubungan tersebut kemungkinan besar meningkatkan kemampuannya untuk memperbaiki depresi dan kecemasan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa tampaknya ada mekanisme lain di balik efek antidepresan dan ansiolitik (anti-kecemasan) lavender.
“Tanaman ini memberikan efek penyembuhan pada banyak penyakit, seperti kecemasan dan depresi melalui efek penghambatan pada GABA,” kata sebuah penelitian pada tahun 2023, mengacu pada neurotransmitter penghambat utama di otak. Para peneliti juga mencatat bahwa lavender memiliki efek anti-inflamasi dan dapat membantu mengatur kadar serotonin.
3. Jeruk bergamot
Jeruk bergamot adalah buah jeruk yang terlalu pahit untuk dimakan begitu saja. Namun, minyak Bergamot umumnya digunakan dalam parfum dan aromaterapi —dan disebut-sebut memiliki manfaat meningkatkan suasana hati.
“Paparan minyak esensial Bergamot selama lima belas menit meningkatkan perasaan positif peserta dibandingkan dengan kelompok kontrol (17 persen lebih tinggi),” kata sebuah penelitian tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Phytotherapy Research.
Penulis penelitian mencatat bahwa Bergamot memiliki kandungan limonene, linalool, dan linalyl asetat —tiga senyawa yang terkait dengan manfaat antidepresan dan ansiolitik.
Pada akhirnya, mereka menyimpulkan, “bahwa aromaterapi minyak esensial bergamot dapat menjadi pengobatan tambahan yang efektif untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan individu.”
4. Kamomil
Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam International Journal of Molecular Sciences menemukan bahwa kamomil atau chamomile) adalah aroma lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan mental bila digunakan sebagai aromaterapi. Studi tersebut mencatat bahwa menghirup minyak kamomil membantu menurunkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres pada orang dewasa.
“Diduga efek ansiolitik dan antidepresan dapat dikaitkan dengan penekanan aktivitas sistem saraf simpatik,” catat para peneliti.
Sebuah studi tahun 2022 di jurnal Explore menemukan bahwa menghirup kamomil atau lavender dapat memberikan manfaat antidepresan yang bertahan lama setelah terpapar.
Para peneliti tersebut melihat “peningkatan yang signifikan secara statistik terjadi pada tingkat depresi, kecemasan, dan stres segera dan satu bulan setelah intervensi pada kelompok lavender dan kamomil dibandingkan dengan kelompok kontrol,” kata studi tersebut.