Benyamin Netanyahu: Setujui Anggaran 2.422 Trilliun Buat Pengobatan Tentara Yang Gila

Benyamin Netanyahu: Setujui Anggaran 2.422 Trilliun Buat Pengobatan Tentara Yang Gila
Untuk Mengobati Tentaranya yang Gila Akibat Perang Netanyahu Setujui Anggaran Sebesar 2.422 Trilliun

- Ribuan tentara Israel mengalami gangguan jiwa atau gila akibat ikut perang melawan Hamas di Gaza Palestina.

Imbasnya untuk melanjutkan perang melawan Hamas, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mewajibkan remaja Israel untuk berperang.
Berani menolak untuk menjadi tentara dan ikut berperang mereka akan dijebloskan ke dalam penjara.
Sementara untuk mengobati tentara Israel yang mengalami gangguan jiwa, PM Benjamin Netanyahu merevisi anggarannya secara besar-besaran.

Revisi atau perubahan anggaran tersebut dikhususkan hanya untuk mengobati tentara Israel yang gila akibat perang.
Total Netanyahu menyetujui anggaran untuk mengobati tentaranya yang mengalami gangguan jiwa atau gila ini sebesar 155 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 2.422 Trilliun.
Israel dalam seratus hari lebih bombardemen Gaza, mengakui kalau tujuan mereka belum tercapai dan eksistensi Hamas masih tetap kuat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (15/1/2024) mengumumkan bahwa revisi anggaran ini mencakup uang untuk pertahanan dan kompensasi bagi mereka yang terkena dampak operasi militer saat ini.

“Ini adalah anggaran perang, yang juga memenuhi kebutuhan pasukan cadangan kami, keluarga mereka, wiraswasta, dan kementerian pemerintah, serta kebutuhan masyarakat,” kata Netanyahu.
“Kami meningkatkan anggaran kesehatan dan menambahkan satu miliar shekel ke dalamnya untuk kesehatan mental, sebuah kebutuhan penting,” tulis media Israel mengutip pernyataan Netanyahu.

Kantor berita Anadolu melaporkan, mengutip lembaga penyiaran publik Israel KAN, anggaran tahun 2024 mencakup 55 miliar shekel ($14,8 miliar) untuk anggaran pertahanan dan sembilan miliar shekel ($2,4 miliar) untuk program perekrutan cadangan tentara.
Ketidaksepakatan di Kalangan Politisi
Uang tambahan untuk anggaran pertahanan akan digunakan untuk membeli perangkat keras militer dan membayar 360.000 tentara cadangan Israel.
Menurut Al-Jazeera, dana tersebut mencakup dana untuk kompensasi lebih dari 100.000 pemukim yang dievakuasi dari wilayah Gaza dan dari Israel utara.

"Pembahasan anggaran menunjukkan adanya perbedaan pendapat di antara para menteri di tengah penolakan terhadap pemotongan yang diusulkan oleh Kementerian Keuangan, dan beberapa menteri mengancam untuk tidak mendukung anggaran tersebut," kata Anadolu melaporkan.
Perselisihan utama, kata laporan itu, adalah mengenai pemotongan anggaran berbagai kementerian.

Menteri keamanan nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, yang tinggal di pemukiman ilegal di Hebron (Al-Khalil), mengancam akan menarik dukungannya dari anggaran apa pun yang memotong dana kementeriannya.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan kalau 24,285 warga Palestina telah terbunuh, dan 61,154 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.
Perkiraan pihak Palestina dan lembaga internasional menyebutkan kalau mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Remaja Wajib Perang
Israel menerapkan hukuman penjara kepada para pemuda yang menentang kewajiban ikut perang.
Para pemuda Israel yang menolak ikut perang karena mereka menganggap, Satu pembantaian tidak membenarkan pembantaian lainnya.
Juga dikenal sebagai Mesarvot, warga Israel yang menolak wajib militer untuk berpartisipasi dalam perang brutal Tel Aviv di Gaza yang terkepung berbagi alasan mereka menolak dinas militer.
Seorang aktivis anti-perang Israel mendekati seorang wanita yang berencana menolak wajib militer, sehingga berisiko dipenjara selama perang brutal Israel di Gaza yang terkepung.
“Keputusan untuk menolak adalah tindakan yang berani,” kata aktivis Nave Shabtay Levin, 20, yang dipenjara selama 115 hari hingga Maret lalu karena menolak rancangan tersebut.
“Ini lebih berani di masa perang,” katanya, berbicara kepada Sofia Orr, 18 tahun, yang duduk di sebelahnya di sebuah kafe luar ruangan di Tel Aviv.
Bulan lalu, remaja Israel Tal Mitnick menjadi “penentang hati nurani” pertama yang dipenjara karena menolak wajib militer sejak dimulainya perang Israel di Gaza, menurut kelompok sukarelawan Mesarvot.
Beberapa pendukung Mitnick dari Mesarvot, bahasa Ibrani untuk "kami menolak", telah secara terbuka menyatakan rencana untuk mengikuti jejaknya, menyuarakan penolakan terhadap perang dan pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Penolakan untuk mendaftar wajib militer adalah sebuah posisi politik yang sepi, terutama ketika sentimen nasionalis melonjak selama masa perang, di negara di mana militer secara luas dipandang sebagai landasan identitas nasional dan dinas militer merupakan sebuah ritus peralihan yang penting.
Di tengah retorika perang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kelompok rejectnik – sebagaimana mereka sering dikenal di Israel – mengatakan sikap mereka telah membuat mereka dicap sebagai pengkhianat dan mengundang ancaman pembunuhan.
Levin berbicara dengan berbisik, matanya melihat sekeliling ketika dia mengakui bahwa berbicara secara terbuka tentang menentang perang bisa "berbahaya".

Baik pria maupun wanita harus mendaftar wajib militer pada usia 18 tahun.
Orr tampak tidak terpengaruh, setelah menyatakan rencananya di forum publik untuk menolak wajib militer pada bulan Februari.
“Hati nurani saya tidak mengizinkan saya untuk mendaftar,” katanya kepada kantor berita AFP, seraya menambahkan bahwa dia tidak percaya bahwa penghapusan ideologi Hamas dapat dilakukan melalui cara militer. “Kami memadamkan api dengan api.”
Perang untuk balas dendam
Orr memperkirakan nasib yang sama seperti Mitnick, 18, yang menerima hukuman penjara 30 hari yang dianggap lebih berat dari biasanya setelah dia menolak untuk berpartisipasi dalam apa yang disebutnya “perang balas dendam”.
Warga Israel yang menolak wajib militer karena alasan politik biasanya akan dipenjara hingga 10 hari pada awalnya dan menerima hukuman penjara tambahan jika mereka terus menolak, kata anggota Mesarvot kepada AFP.
Wajib militer adalah wajib bagi orang Yahudi Israel. Pengecualian terkadang diberikan karena alasan agama, medis, atau etika – namun tidak atas dasar politik.
Mesarvot mempunyai puluhan relawan, namun jumlah pasti penolakannya masih belum jelas karena banyak yang belum go public.
Pihak militer menolak berkomentar ketika ditanya mengenai statistiknya.
“Satu pembantaian tidak membenarkan pembantaian lainnya,” Iddo Elam, 17, seorang sukarelawan lainnya yang berencana menolak wajib militer, mengatakan kepada Sky News Inggris.
Israel telah menewaskan sedikitnya 24.100 orang dan melukai 60.834 lainnya dalam perang brutal di Gaza yang terkepung. Korban tewas di Israel mencapai lebih dari 1.100, yang direvisi turun dari 1.400.

Kebutaan moral
Kaum Refusenik adalah salah satu pendukung perdamaian Yahudi yang mempromosikan hidup berdampingan dengan warga Palestina yang telah mengorganisir protes yang menuntut gencatan senjata di Gaza, di mana para ultranasionalis dan polisi sering mencemooh mereka.

Mereka tetap menjadi minoritas di negara yang mengalami pergeseran ke sayap kanan dalam beberapa tahun terakhir, dengan jajak pendapat menunjukkan terbatasnya dukungan di kalangan warga Yahudi Israel terhadap perundingan perdamaian dengan Palestina atau solusi dua negara.
Sejumlah kecil penolakan tidak mungkin melemahkan tentara Israel, yang terdiri dari ratusan ribu tentara aktif dan cadangan, yang telah menentang kritik global atas meningkatnya kematian dan kehancuran di daerah kantong yang diblokade tersebut.
"Tidak ada satu pun tentara atau perwira, pilot atau artileri... yang mengatakan: 'Itu sudah cukup. Saya belum siap untuk terus mengambil bagian dalam pembantaian'," tulis kolumnis Gideon Levy di harian sayap kiri Israel. Haaretz, menambahkan bahwa sikap diam mereka mencerminkan “kebutaan moral”.
Orr menganggap penolakannya untuk wajib militer sebagai perjuangan untuk tetap menjadi manusia. Serangan kilat tanggal 7 Oktober membuatnya "marah", kata Orr.
Hal ini juga, tambahnya, membuat dia langsung khawatir tentang “kengerian” pembalasan Israel yang akan dilancarkan di Gaza yang terkepung.
“Kekerasan ekstrem mengarah pada kekerasan ekstrem,” katanya.



9.000 Tentara IDF 'Gila', PM Netanyahu Anggarkan Rp 4,1 Triliun Khusus Dana Kesehatan Mental

 - Setidaknya 9000 tentara IDF terkena gangguan mental imbas perangnya di Jalur Gaza Palestina.
Para tentara yang harus mendapatkan bantuan psikologis dari ahli mendapatkan anggaran khusus dari PM Benjamin Netanyahu.
Netanyahu menyetujui revisi anggaran negara 2024 dengan perubahan besar-besaran pada Senin (15/1).

Adapun perubahan anggaran negara yang disetujui itu menembus angka 582 miliar shekel atau sekitar 155 miliar dolar AS atau setara Rp 2.422 Triliun.
Revisi anggaran ini mencakup uang untuk pertahanan dan kompensasi bagi mereka yang terkena dampak operasi militer saat ini.
“Ini adalah anggaran perang, yang juga memenuhi kebutuhan pasukan cadangan kami, keluarga mereka, wiraswasta, dan kementerian pemerintah, serta kebutuhan masyarakat,” kata Netanyahu.
Netanyahu juga meningkatkan anggaran kesehatan dan menambahkan 1 miliar Shekel atau setara dengan Rp 4,1 triliun khusus untuk kesehatan mental.

Netanyahu mencatat dana kesehatan mental sangat penting untuk saat ini.
Sebagaimana diketahui IDF sudah mulai mundur meski tujuan perangnya di Gaza belum selesai.

Hal ini lantaran setidaknya 9000 tentara IDF terkena gangguan mental dan harus mendapatkan bantuan psikologis dari ahli.
Fakta ini disampaikan oleh IDF dalam keterangan terbarunya Senin (8/1/2024) malam.
IDF menjelaskan bahwa lebih dari 9000 pasukannya kena mental sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Dari 9000 tentara yang harus mendapatkan pertolongan ahli psikologi, seperempat dari mereka sampai sekarang tak mau kembali berperang.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ada Dana Kesehatan Mental, Revisi Anggaran Israel Tembus Rp 2.422 T di Tengah Perang Lawan Hamas
Host: Rima Anggi
Vp: Valen
# Tentara IDF # Netanyahu # anggaran # kesehatan mental

Benjamin Netanyahu: Approve 2.422 Trillion Budget for Treatment of Crazy Soldiers
To treat his soldiers who are crazy as a result of the war, Netanyahu approves a budget of 2.422 trillion


- Thousands of Israeli soldiers experienced mental disorders or went crazy as a result of taking part in the war against Hamas in Gaza, Palestine. 


As a result, to continue the war against Hamas, Prime Minister Benjamin Netanyahu obliged Israeli teenagers to fight. 

If you dare to refuse to become a soldier and join the war, they will be thrown into prison. 

Meanwhile, to treat Israeli soldiers experiencing mental disorders, PM Benjamin Netanyahu revised his budget on a large scale. 


The revision or change in the budget was specifically aimed at treating Israeli soldiers who were crazy due to war. 

Netanyahu's total budget approval for treating his soldiers who are mentally ill or crazy is 155 billion US dollars or the equivalent of IDR 2,422 trillion. 

Israel, in more than a hundred days of bombardment of Gaza, admitted that their goals had not been achieved and the existence of Hamas was still strong. 

Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu on Monday (15/1/2024) announced that this revised budget includes money for defense and compensation for those affected by the current military operation. 


“This is a war budget, which also meets the needs of our reservists, their families, self-employed people and government ministries, as well as the needs of society,” Netanyahu said. 

“We increased the health budget and added one billion shekels to it for mental health, an important need,” Israeli media quoted Netanyahu as saying. 


Anadolu news agency reported, citing Israel's public broadcaster KAN, that the 2024 budget includes 55 billion shekels ($14.8 billion) for the defense budget and nine billion shekels ($2.4 billion) for an army reservist recruitment program. 

Disagreement Among Politicians

The additional money for the defense budget will be used to buy military hardware and pay Israel's 360,000 reservists. 

According to Al-Jazeera, the fund includes funds to compensate more than 100,000 settlers evacuated from the Gaza region and from northern Israel. 


"Budget discussions showed differences of opinion among ministers amid resistance to cuts proposed by the Finance Ministry, and some ministers threatened not to support the budget," Anadolu reported. 

The main dispute, the report said, was over cuts to the budgets of various ministries. 


The right-wing national security minister, Itamar Ben-Gvir, who lives in an illegal settlement in Hebron (Al-Khalil), threatened to withdraw his support from any budget that cuts his ministry's funding. 

The Gaza Health Ministry said that 24,285 Palestinians had been killed, and 61,154 injured in the ongoing Israeli genocide in Gaza starting on October 7. 

Estimates by Palestinians and international institutions suggest that the majority of those killed and injured were women and children. 

Teenagers Compulsory War

Israel applies prison sentences to young people who defy their obligation to join the war. 

The young Israelis who refused to join the war because they thought, One massacre does not justify another massacre. 

Also known as Mesarvot, Israeli citizens who refused conscription to participate in Tel Aviv's brutal war on besieged Gaza share their reasons for refusing military service. 

An Israeli anti-war activist approaches a woman who plans to refuse military service, risking imprisonment during Israel's brutal war in besieged Gaza. 

“The decision to reject was a courageous act,” said Nave activist Shabtay Levin, 20, who was jailed for 115 days last March for rejecting the draft. 

“It's braver in wartime,” he said, speaking to Sofia Orr, 18, sitting next to him at an outdoor cafe in Tel Aviv. 

Last month, Israeli teenager Tal Mitnick became the first “conscientious objector” to be jailed for refusing military service since the start of Israel's war on Gaza, according to the volunteer group Mesarvot. 

Some of Mitnick's supporters from Mesarvot, Hebrew for "we reject", have openly stated plans to follow in his footsteps, voicing opposition to Israel's war and occupation of the Palestinian territories. 


Refusing to enlist in the military is a lonely political position, especially when nationalist sentiment surged during wartime, in a country where the military is widely seen as a cornerstone of national identity and military service is an important rite of passage. 

Amid the warlike rhetoric of Prime Minister Benjamin Netanyahu's government, the refuseniks – as they are often known in Israel – say their stance has led to them being branded traitors and drawing death threats. 

Levin spoke in a whisper, his eyes darting around as he acknowledged that speaking openly about opposing the war could be "dangerous."


Both men and women must register for military service at the age of 18. 

Orr appeared unfazed, having stated his plans in a public forum to reject military service in February. 

“My conscience does not allow me to register,” he told the AFP news agency, adding that he did not believe that the elimination of Hamas ideology could be achieved through military means. “We fight fire with fire.”

War for revenge

Orr predicted the same fate as Mitnick, 18, who received a 30-day prison sentence deemed harsher than usual after he refused to participate in what he called a “revenge war.”

Israelis who refuse military service for political reasons are usually jailed for up to 10 days initially and receive additional prison terms if they continue to refuse, Mesarvot members told AFP. 

Military service is mandatory for Israeli Jews. Exceptions are sometimes granted for religious, medical or ethical reasons – but not on political grounds. 

Mesarvot has dozens of volunteers, but the exact number of rejections is still unclear because many have not gone public. 

The military declined to comment when asked about its statistics. 

“One massacre does not justify another,” Iddo Elam, 17, another volunteer who plans to refuse military service, told Britain's Sky News. 

Israel has killed at least 24,100 people and injured 60,834 others in its brutal war in besieged Gaza. The death toll in Israel reached more than 1,100, which was revised down from 1,400. 


Moral blindness

The Refuseniks are among the Jewish peace advocates promoting coexistence with Palestinians who have organized protests demanding a ceasefire in Gaza, where ultranationalists and police often taunt them. 


They remain a minority in a country that has seen a shift to the right in recent years, with polls showing limited support among Israeli Jews for peace talks with the Palestinians or a two-state solution. 

The small number of rejections is unlikely to weaken Israel's army, made up of hundreds of thousands of active and reserve troops, which has defied global criticism over rising deaths and destruction in the blockaded enclave. 

"Not a single soldier or officer, pilot or artilleryman... said: 'That's enough. I'm not ready to continue taking part in massacres,'" wrote columnist Gideon Levy in a left-wing Israeli daily. Haaretz, adding that their silence reflects “moral blindness”. 

Orr views his refusal to be drafted as a struggle to remain human. The Oct. 7 blitz made him "angry," Orr said. 

This also, he added, made him immediately worry about the “horrors” of Israeli retaliation that would be unleashed on besieged Gaza. 

“Extreme violence leads to extreme violence,” he said. 


9,000 IDF Soldiers 'Crazy', PM Netanyahu Budgets IDR 4.1 Trillion Special Mental Health Fund

- At least 9000 IDF soldiers were affected by mental disorders as a result of the war in the Palestinian Gaza Strip. 
Soldiers who must receive psychological assistance from experts receive a special budget from PM Benjamin Netanyahu. 
Netanyahu approved a revised 2024 state budget with major changes on Monday (15/1). 

The approved changes to the state budget reached 582 billion shekels or around 155 billion US dollars or the equivalent of IDR 2,422 trillion. 
This revised budget includes money for defense and compensation for those affected by current military operations. 
“This is a war budget, which also meets the needs of our reservists, their families, self-employed people and government ministries, as well as the needs of society,” Netanyahu said. 
Netanyahu also increased the health budget and added 1 billion Shekels or the equivalent of IDR 4.1 trillion specifically for mental health. 

Netanyahu noted mental health funding is critical right now. 
As is known, the IDF has started to withdraw even though its war objectives in Gaza have not been completed. 

This is because at least 9,000 IDF soldiers suffer from mental disorders and must receive psychological assistance from experts. 
This fact was conveyed by the IDF in its latest statement Monday (8/1/2024) evening. 
The IDF explained that more than 9,000 of its troops had been mentally ill since the Hamas attack on October 7. 
Of the 9,000 soldiers who received psychological help, a quarter of them do not want to return to war. 

This article was published on Tribunnews.com with the title There is Mental Health Fund, Israel's Revised Budget Reaches IDR 2,422 T in the Middle of the War Against Hamas
Host: Rima Anggi
VP: Valen
#IDFArmy #Netanyahu #budget #mentalhealth

Post a Comment

Konsultasi Bidan Kita

Previous Post Next Post