Kisah Kedermawanan Dokter Lo: Sering Gratiskan Pengobatan, Rumah Dijaga saat Kerusuhan Mei 1998
- Lo Siauw Ging, dokter yang terkenal karena kedermawanannya, meninggal di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/1/2024).
Pria kelahiran Magelang, 16 Agustus 1934 itu meninggal pada usia 90 tahun karena sakit.
Kabar meninggalnya Dokter Lo dibenarkan Plh Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Surakarta, Sumartono Hadinoto.
"Sakit sepuh (sakit tua). Keluar masuk rumah sakit sudah berkali-kali, meninggal jam 14.00 WIB," katanya saat dihubungi TribunSolo.com, Selasa.
Lantas, seperti apa kisah kedermawanan Dokter Lo?
Semasa hidup, Dokter Lo membuka praktik di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo. Ia juga membuka praktik dokter umum di rumahnya yang berada di Jagalan No 27, Solo, setiap Senin-Sabtu pukul 16.00-20.00 WIB. Kedermawanan Dokter Lo dikenal karena ia tak pernah menetapkan tarif kepada pasiennya.
Bahkan, Dokter Lo tak segan memarahi pasiennya yang terlambat berobat. Sumartono pun menceritakan bagaimana Dokter Lo begitu peduli dengan kesehatan masyarakat.
"Hampir semua pasien selalu cerita bahwa kalau terlambat datang (berobat), misalnya anaknya datang pasti dimarahi habis-habisan sama Dokter Lo," kata Sumartono di sela penyemayaman jenazah di Rumah Duka Thiong Ting, Selasa.
Kemudian, apabila pasien yang datang merupakan warga tak mampu, Dokter Lo akan menggratiskan biaya pengobatan.
"Kalau tidak mampu membeli obat semuanya dibelikan obat," ungkap dia. Berkat kedermawanannya itu, Dokter Lo berhasil terhindar dari kerusuhan Mei 1998 di Solo.
Diketahui, kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia. Kerusuhan itu terjadi di Ibu Kota Jakarta dan beberapa daerah lainnya, termasuk Solo.
Kala itu, banyak warga keturunan Tionghoa yang mengungsi dan memilih menutup usahanya.
Namun, Dokter Lo justru memaksa untuk membuka praktik meski nyawanya terancam.
Warga yang mengetahui hal itu berupaya melindungi dengan menjaga rumah sang dokter.
"Sangat dermawannya sehingga saat kerusuhan Mei rumah Dokter Lo malah dijaga warga sekitarnya, nggak ada yang berani ganggu," terang Sumartono.
Minta Dimakamkan secara Sederhana
Dilansir TribunSolo.com, sekitar sebulan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Dokter Lo sempat berpesan agar ketika meninggal dimakamkan secara sederhana.
Pesan itu disampaikan Dokter Lo kepada Sumartono.
"Sebulan yang lalu waktu saya tengok di rumah sakit. 'Tolong ya kalau aku dipanggil Tuhan dipilihkan peti warna putih diatur sangat sederhana'," kata Sumartono menirukan ucapan Dokter Lo.
Karier Dokter Lo
Dikutip dari Kompas.com, Dokter Lo memulai kariernya sebagai seorang dokter di Rumah Sakit (RS) dr Oen Kandang Sapi Solo.
Setelah itu, Dokter Lo pindah ke RS Kasih Ibu.
"Dengan adanya Dokter Lo terus berkontribusi nyata. Hampir semua pasien yang berobat digratiskan sama Dokter Lo," ujar Sumartono.
Di RS Kasih Ibu, Dokter Lo pernah menjabat sebagai direktur utama periode 1981-2004. Setelah pensiun, Dokter Lo tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di rumahnya.
Ia pernah menerima penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pada 2020 atas jasanya di bidang kesehatan berupa Mahakarya Kebudayaan.
Dokter Lo mendapat penghargaan Mahakarya Kebudayaan "Dokter yang Mengutamakan Kemanusiaan dengan Tidak Memungut Biaya Pelayanan Kesehatan dari Kaum Miskin".