Pentingnya Imunisasi Polio bagi Bayi dan Anak
Polio atau poliomyelitis adalah penyakit yang berasal dari virus, lalu menginfeksi pada sistem saraf tubuh. Dengan gejala yang tidak terlihat, polio berdampak pada kelumpuhan hingga kematian.
Polio tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah sejak dini dengan pemberian imunisasi. Imunisasi polio sendiri diberikan pada bayi sejak usia bayi 1 bulan hingga balita menjelang 5 tahun.
Sebagai tindakan preventif, ternyata di Indonesia pemberian vaksin polio cenderung menurun. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pemberian vaksin polio di Indonesia pada tahun 2020 mencapai lebih dari 86%, dan mengalami penurunan hingga mencapai 80%. Padahal, masih banyak provinsi dan kabupaten di Indonesia yang terjangkit polio, khususnya bayi dan anak.
Maka dari itu, sangat penting bagi bayi dan balita untuk melakukan imunisasi polio karena banyak sekali manfaat dari segi kesehatan untuk masa depan anak nanti. Yuk, simak penjelasan lebih lengkap mengenai infeksi polio serta imunisasi polio itu sendiri berikut ini!
Polio disebabkan oleh virus yang menular
Penyebab penyakit polio adalah virus yang sangat cepat menular pada tubuh. Sehingga, virus polio pada tubuh seseorang yang tidak diberikan vaksin akan cepat menyebar dalam waktu hitungan jam saja.
Penyebaran virus polio terjadi melalui fekal-oral, yaitu kotoran dari tinja yang terkontaminasi melalui air atau makanan yang dikonsumsi, lalu berkembang biak di organ pencernaan seperti usus. Bahkan, virus polio juga bisa ditularkan saat batuk atau bersin.
Banyak dari anak atau dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi polio mengalami kelumpuhan di kaki, meningitis, bahkan meninggal dunia karena otot pernapasan yang kerjanya semakin menurun hingga tidak optimal.
Gejala polio
Polio memang bergejala, namun gejala polio sendiri tidak spesifik. Gejala polio umumnya dirasakan seperti Anda terkena flu.
Polio sendiri memiliki gejala yang berbeda, berdasarkan berbagai fase polio:
a. Poliomielitis abortif
Polio ini merupakan tahap awal dengan gejala yang ringan. Pada polimielitis abortif ini, gejala seperti flu dengan waktu 2 sampai 3 hari. Lebih lanjutnya gejala polio ini seperti berikut:
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Mual dan muntah
- Sakit perut
- Nyeri otot
b. Polio non paralitik
Gejala polio non paralitik memang tidak menyebabkan kelumpuhan, namun gejalanya lebih parah dibanding poliomielitis abortif yang menjadi gejala awal polio itu sendiri. Gejala polio ini adalah sebagai berikut:
- Sakit kepala parah
- Nyeri dan rasa kaku pada leher, tulang belakang, pergelangan tangan dan kaki.
- Refleks menurun.
- Otot yang melemah.
c. Polio paralitik
Gejala polio ini mulai menunjukan tanda kelumpuhan. Gejala polio paralitik lebih lanjutnya seperti berikut:
- Sensitif terhadap sentuhan dengan rasa sakit yang ekstrim.
- Kejang.
- Kesemutan yang menusuk.
- Lemah otot hingga mengarah pada kelumpuhan.
Kelumpuhan pada polio paralitik bermula dari kaki, kemudian dapat menjalar hingga ke pergelangan tangan.
Selain itu, gejala polio yang lain adalah kelumpuhan pada otot pernapasan dan kesulitan menelan.
d. Sindrom pasca polio
Sindrom pasca polio terjadi setelah infeksi polio menyerang tubuh dan sembuh dalam beberapa dekade. Untuk tanda-tanda yang biasa dirasakan pasca terkena polio adalah sebagai berikut:
- Mudah lelah hingga nyeri otot.
- Mengalami masalah saat napas atau menelan.
- Adanya gangguan napas saat tidur, atau sleep apnea.
- Minim toleransi terhadap suhu dingin.
Dapat disimpulkan jika gejala polio berawal dari demam dan sakit kepala, lemah otot, kesemutan, hingga kesulitan pada koordinasi gerak karena virus polio menyerang sistem saraf, terlebih pada bayi dan anak. Polio dapat terjadi pada orang dewasa yang tidak mendapatkan vaksin polio di usia bayi.
Apabila orang dewasa mengalami gejala-gejala polio seperti di atas, segera kunjungi dan konsultasikan lebih lanjut kepada Dokter Spesialis Saraf Mitra Keluarga.
Kapan imunisasi polio diberikan?
Perlu diketahui jika polio tidak dapat disembuhkan, namun hanya dapat dicegah dengan tindakan imunisasi polio sejak masa usia bayi.
Imunisasi polio sendiri sudah tersebar di seluruh Indonesia, dalam bentuk tetes (OPV) dan suntik (IPV).
- Imunisasi polio tetes (OPV) diberikan 4 kali, yaitu pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan.
- Imunisasi polio suntik (IPV) diberikan 1 kali pada usia 4 bulan.
Jika pada usia tersebut bayi belum mendapatkan imunisasi polio secara lengkap, segera kunjungi Dokter Spesialis Anak untuk mendapatkan imunisasi polio lengkap.
Jangan lupa, simak penjelasan lebih lengkap dari dr. Julius Harwastyo Handito, Sp.A di video Tanya Dokter MIKA (TERKA) berikut ini:
Imunisasi polio sangat penting, segera kunjungi Dokter Spesialis Anak Mitra Keluarga
Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi sejak bayi dan balita untuk menghindari terjadinya gangguan koordinasi gerak dan kelumpuhan akibat infeksi virus pada saraf. Untuk masa depan anak yang cemerlang, berikan imunisasi polio sesuai anjuran dokter anak.
Konsultasikan mengenai masalah kesehatan anak, imunisasi polio, serta beragam vaksinasi anak lainnya ke Dokter Spesialis Anak Mitra Keluarga cabang terdekat Anda.
Jangan lupa untuk buat janji konsultasi melalui website Mitra Keluarga. Tak hanya itu, Anda juga dapat buat janji temu dokter spesialis atau umum menggunakan MIKA Mobile Apps di smartphone Android atau iOS Anda.
Source: MitraKeluarga