Mengenal Hepatitis A
Penyakit radang hati atau hepatitis ada beberapa jenisnya, antara lain adalah hepatitis A, hepatitis B dan hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E. Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (Hepatitis A Virus – HAV), termasuk famili picornaviridae genus hepatovirus yang merupakan RNA virus positif.
Menurut data WHO maka hepatitis A adalah salah satu food borne diseases yang paling sering ditemui di dunia, setiap tahu ada sekitar 1,4 juta orang tertular hepatitis A di dunia. Pada keadaan tertentu maka kasusnya dapat amat meluas, seperti terjadi di Shanghai tahun 1988 yang terjadi sampai pada 300.000 orang.
Tanda dan gejala penyakit ini adalah keluhan demam, malaise (lemah, lesu), anoreksia (tidak nafsu makan) , gangguan perut serta mata menjadi tampak berwarna kuning (ikterus). Masa inkubasi (jarak antara virus masuk ke tubuh dan gejala timbul) berkisar antara 15 sampai 50 hari, rata-rata 28-30 hari.
Penularan
Cara Penularannya adalah dengan mengkonsumsi makanan atau cairan yang terkontaminasi virus ini, atau kontak dengan pasien. Virus dapat ditemukan pada tinja seorang pasien dan mencapai puncak 1-2 minggu sebelum timbulnya gejala, dan berkurang secara cepat setelah timbulnya gejala . Karena itu, mencuci tangan menjadi salah satu upaya penting mencegah penularan meluas. Gangguan fungsi hati dapat timbul bersamaan setelah munculnya antibodi HAV didalam peredaran darah.
KLB biasanya terjadi dengan pola common source, di tempat umum yang banyak dikunjungi masyarakat untuk makan-makan, yang kebetulan lingkungannya kotor. Umumnya terjadi pada pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak dengan baik, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk dan higiene rendah.
Masa Penularan (infeksifitas) maksimum terjadi pada separuh masa inkubasi, dan berlanjut setelah timbulnya warna kekunigan di mata (ikterus). Virus dikeluarkan melalui tinja pasien yang pada fase infeksius sampai beberapa waktu setelah itu.
Penanganan
Pasien hepatitis A yang berat dapat dirawat di rumah sakit, utamanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh (istirahat dan makan bergizi) serta untuk mencegah penularan ke sekitarnya. Pengobatan memang tidak spesifik, tidak diperlukan antibiotika.
Yang amat penting adalah upaya khusus utk meningkatkan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan untuk mengurangi kontaminasi makanan dengan air dan tinja. Perlu dilakukan Disinfeksi serentak terhadap bekas cairan tubuh pasien. Dari kacamata petugas kesehatan masyarakat maka perlu segera lakukan investigasi dengan penyelidikan epidemiologis (PE) untuk mengetahui apakah penularan terjadi dari orang ke orang atau sudah ada sumber penularan common source yang jelas, untuk kemudian dilakukan upaya penanggulangan kebersihan lingkungan , penyediaan air bersih, sistem pendistribusian air yang baik dan pengelolaan limbah yang benar.
Pencegahan
Berikut disampaikan 9 cara pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat luas :
Selalu cuci tangan sebelum masak , sebelum makan dan setelah keluar toilet,
Selalu cuci alat-alat masak dan alat-alat makan
Dapur harus selalu bersih, sampah padat dan cair terkelola baik, tidak ada binatang , serangga dll
Gunakan air yang bersih dan bahan makanan yang baik. Pilih mahan makanan yang segar, proses memasak yang benar dan baik, cuci buah dan sayur dengan baik, tidak menggunakan bahan makanan yang sudah kadaluarsa.
Masak makanan hingga matang, terutama daging sapi, ayam, telur, seafood, rebus sup hingga 70°C.
Pisahkan bahan makanan matang dan mentah dengan menggunakan alat dapur dan alat makan yang berbeda, serta simpan di tempat berbeda.
Simpan makanan di suhu aman, jangan simpan makanan matang di suhu ruangan terlalu lama, masukkan makanan ke dalam lemari es bila ingin disimpan, sebelum di hidangkan, panaskan sampai lebih dari 60°C, serta jangan terlalu lama disimpan di lemari es.
Jangan menkonsumsi makanan dan minuman yang kotor dan berjamur
Selalu menjaga kebesihan dan sanitasi lingkungan dan pribadi.