Kisah Bertahun Lamanya Berjuang Hamil Belum Ada Hasil???, Pada Akhirnya Aku Berhasil Hamil
Lisa Novie Putu
Happy anniversary for us. Di tahun yg ke 8 untuk kebersamaan kita ini, mungkin tidak ada lagi yg kita minta slain kesehatan untuk malaikat kecil kita yg kehadirannya telah kita nanti2 selama 8 tahun juga. Kehadirannya di tengah2 kita pada tgl 7 Maret 2019 menjadi hadiah hari pernikahan kita yg paling istimewa. Yup,,, Tuhan telah mendengarkan doa2 kita slama ini.
Perjuangan kita, baik dari mental, materi, fisik dan semuanya terbayarkan lunas dengan kehadiran seorang bayi laki- laki di tengah2 kehidupan kita. Well, ini mungkin akan menjadi postingan yang panjang sepanjang sejarah perjuangan kita untuk mempunyai keturunan. Ini adalah cerita perjuangan kami untuk mendapatkan keturunan sebagai perngkap kehidupan berumah tangga kami. Iya ini adalah pengalaman bayi tabung ke 2 kami. Perjalanan
Dimulai dari menikah di awal th 2011, kami sudah langsung mencoba untuk hamil, sempat hamil dan keguguran membuat kami terus berusaha untuk mencoba. Berbagai dokter kandungan ( Spog ) di kota kami dan kota lain sudah kami kunjungi hanya untuk mendapatkan jawaban apa yg sebenarnya terjadi pada kami. Singkat kata 2012, kami menjalani Inseminasi (IUI) dengan salah satu obgyn terkenal di Bali, tp masih belum mendapatkan hasil yang sesuai. Perjuanganpun masih berlanjut, dengan harapan yang sama. Hsg, sperm analyst, sudah kami coba juga.
Dan akhirnya 2014 kami memutuskan untuk IVF pertama kami. Berbekal banyak sekali info2 persiapan IVF kami maju untk melakukan program IVF atau yg banyak dikenal dengan bayi tabung. Begitu banyak biaya yg sudah kami keluarkan hanya untuk mendapatkan buah hati. Akan tetapi hasilnya masih nihil. Sampai kami merasa down, dan memutuskan untuk pergi jauh, hingga akhirnya kami berakhir dengan pergi ke New Zealand. Beberpa bulan di Nz, saya pun hamil secara alami, kehidupanpun terasa sangat bahagia saat itu, tp tepat tgl 18 april 2015 saya harus pulang ke Bali karena Bapak saya meninggal dunia. Saya pun pulang ke Bali dengan perasaan yang sangat terpukul, dengan kehamilan yang masih sangat muda sekali. Dan skitar 2 minggu setelah di Bali, ternyata saya mengalami keguguran lagi. Keguguran kali itu membuat saya tidak pernah mau untuk mengunjungi dokter lagi.
Sampai akhirnya akhir 2015 saya pindah ke Australia, dan suamipun menyusul 6 bulan setelahnya. July 2017, saya pulang ke Bali untuk melakukan proses Laparoskopi dengan dokter Doster di Puri Bubda di Bali dan hasilnya, saya mengalami hidrosalfinx sinistra ,dan tuba fallopian saya yang kiri harus diangkat sedangkan yang di kanan mampet dari pangkal. Dokter pun menyarankan saya untuk melakukan bayi tabung.
Maret 2018, saya memutuskan untuk pergi ke Penang Malaysia, untuk melakukan konsultasi dengan dokter Spog yang terkenal disana, dan saya di bekali banyak sekali obat2an untuk saya dan suami. Setelah balik dr Penang, Malaysia, saya melakukan konsultasi dengan dokter spesialis acupuntur di Sydney, saya melakukan acupuntur setiap minggu sekali selama 3 bulan. Setiap selesai acupuntur, saya diberikan obat berupa obat seduh, herbal , yang rasanya lebih jelek dr rasa pare untk lauk itu.
Tp saya dan suami masih semangat menjalaninya. Dan tepat bulan Juni 2018 saya kembali ke Bali untuk melakukan program Bayi tabung yang ke 2, di Puri Bunda Bali dengan seorang dokter bernama Dr. Doster. Berpuluh2 suntikan, mulai dr suntikan untk mengambil sample darah, suntikan hormon di perut yg harus saya lakukan tiap hari, suntikan pemecah telur, operasi OPU ( pengambilan sel telur) , tindakan ET( embrio transfer ) dan masih banyak lagi proses IVF yg harus saya jalani, dan tinggal di Bali sampai dinyatakan berhasil, walaupun dengan berkali2 keluar masuk rumah sakit karena terkena syndrome OHSS dan setelah kehamilan terjadi mengalami syndrome HG ( Hipermesis Gravidarum) ngidam yang terlalu akut.
Awalnya saya tidak diijinkan untun balik ke Australia karena dokter ingin melakukan penanganan sampai trimester 1 berakhir karena saya dinyatakan berhasil dengan kehamilan lebih dari 1. Tp karena merasa tidak terlalu nyaman untuk bed rest di Bali sendirian, dikarenakan suami harus segera balik ke Sydney, maka saya juga ikut balik ke Sydney pada saat umur kehamilan sekitar 8-9w. Walaupun dengan keadaan hamil muda, kena syndrome Hipermesis gravidarum, dan dibantu special assistances dr maskapai penerbangan, saya tiba di Sydney dengan selamat, dan tanpa kendala apapun juga. Sehari sampai di Sydney saya langsung memeriksakan diri ke general practitioners saya, dan di rujuk untuk menjalani dating scan, pada saat dating scan, di temukan ada 2 kantung kehamilan ( kembar ) akan tetapi, denyut baby B agak lemah.
Hati terasa teriris saat itu juga. Dan general practitioner ( GP ) menyatakan kalau itu dinamakan vanishing twin.
Sujud syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas restu beliau kami bisa merasakan rejeki seperti sekarang ini. Untuk orang tua kami, dan semua keluarga yang telah men support kami. Dan semua teman2 yang telah membantu kami menjalani perjalan ini sampai saat ini. Ini bukanlah akhir dari segalanya tapi ini merupakan awal dr segalanya, sampi saat ini, di detik ini, ketika saya mengetik tulisan ini, saya bisa menatap malaikat kecil yg sesang tertidur lelap di tengah2 kami, yg kami beri nama Puth Finn yg mempunyai makna "keadilan"
Kami beri nama terhadap putra kami, karena kami yakin, keadilan itu benar adanya.
Segala usaha, doa, tak akan sia sia, dan Tuhan telah menuliskan semua nya dengan jelas dan adil
Semoga cerita ini bisa menginspirasi tmn2 yg sedang menantikan kehadiran buah hati, bahwa tidak ada yg tidak mungkin. Bagaimanapun kondisi kita, percayakan smua kepadaNya. Karena dengan usaha, doa tulus dan restu dariNya smua ini bisa terjadi.never give up dan terus mencoba....ππͺπΌ
Worth the wait
IVF Success story
Post a Comment