SEMAKIN CERDAS, MESTI SEMAKIN AWAS! RESIKO GANGGUAN MENTAL
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa orang cerdas memiliki risiko terkena gangguan mental, seperti gangguan bipolar EMPAT kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang kurang cerdas. Orang-orang cerdas juga lebih sering terkena kecemasan fisik dan gelisah. Selain itu, seseorang yang memiliki IQ tinggi juga lebih berisiko mengidap gangguan bipolar.
Maka dari itu, seseorang dengan kecerdasan di atas rata-rata memiliki kaitan yang sangat erat dengan kelainan atau gangguan jiwa. Para peneliti juga belum menemukan hubungan antara tingkat kecerdasan yang gemilang dengan rentannya pada gangguan jiwa. Namun, ada satu penelitian yang dapat dijadikan acuan untuk memahami korelasi akan keduanya.
Penelitian tersebut menemukan bahwa orang-orang cerdas memiliki kandungan protein yang sama di otak dengan pengidap skizofrenia dan bipolar. Protein ini dapat menjadi penghubung antara kecerdasan dan jenis gangguan jiwa. Namun, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk membuktikan apakah protein tersebut benar-benar dapat memengaruhi otak manusia.
Kebanyakan orang cerdas dan pengidap gangguan jiwa memilikii satu sifat yang sama, yaitu merasa canggung dengan orang lain. Maka dari itu, mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
Yap. Orang pandai biasanya pendiam, dan minder dalam bergaul. Kalau kita cerdas dan gak canggung, insyaAllah aman. Hehe.
Flashback.
Sekitar 2 tahun lalu, saya dapat inbox dari seorang dosen. Saya awalnya gak kenal dia. Tapi ybs frenlist saya lama. Dia dosen di sebuah kampus besar di sebuah kota besar. Ibunya scizofrenia. Dia sendiri, mengalami gangguan kecemasan sesekali.
Kami berdiskusi banyak hal, hingga sampai pada kesimpulan. Kenapa orang cerdas mesti waspada gangguan mental?
Karena orang cerdas biasanya perfeksionis. Targetnya tinggi. Sedangkan dalam banyak hal, ada target yang memang tidak bisa dicapai secara alami. Manusiawi.
Nah, sebagai orang cerdas (eh siapa maksudnya, bukan saya, tapi beliau haha) kami menyimpulkan bahwa.
Okey, bisa jadi kita ada genetik gangguan jiwa, entah depresi dan sebagainya.
Namun kuncinya adalah:
1. Berinteraksilah secara normal. Salurkan perasaan marah, kesal, secara wajar. Jangan dipendam.
2. Jangan terlalu perfeksionis, hidup ini tak selamanya manis. Ada banyak hal yang kita usahakan, namun Hak Allah untuk Mewujudkan atau tidak.
3. Hindari pencetus. Caranya: carilah lingkungan yang supportif, jangan bertahan di lingkungan toksik.
4. Istirahatlah secara cukup. Jangan ngoyo. Hidup mesti sehat jiwa raga, dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
Semoga lintasan pikiran kala melihat postingan saya 2014 lalu ini manfaat untuk disimak... ❤️
Sumber: halodoc☆com