Dek, kalau kamu sudah gak kuat, bunda sudah ikhlas sayang, Bunda tidak tega lihat kamu kesakitan setiap hari, pulanglah nak?
Ketika kamu sedikit lelah menjadi seorang ibu, bacalah ini. Kisah nyata dan sudah di acc oleh Feel free for like and share. Sepasang Sayap yang Menunggu Bunda di Surga, Kata orang, rasanya kehilangan buah hati adalah seperti hilang separuh nyawa. Mereka bohong, karena rasanya lebih sakit daripada itu. Aku gila saat kehilangan Kevin, anak pertamaku, anak lelaki yang ditunggu oleh segenap keluarga.
Waktu pertama mengetahui kalau aku hamil, aku sangat bahagia. Suamiku tidak pernah berhenti mencium perutku setiap hari. Semua vitamin yang dokter berikan, susu hamil, dan lainnya tidak pernah telat aku konsumsi.
Aku dan sepupuku suka menghayalkan bagaimana saat Kevin nanti sudah besar dan bersekolah, diantar sama budenya, minta uang jajan sama bundanya. Pokoknya banyak hal yang akan kami lakukan bersama.
Hari itu tepat tanggal 9 juni 2013 di kehamilan 40 minggu tiba-tiba keluar flek, aku buru buru ke klinik tapi dokter bilang tidak apa apa dan aku disuruh pulang lalu kembali ke klinik kalau kontraksi sudah per 5 menit sekal. Tanggal 11 Juni 2013 jam 09.00 pagi mules sudah 5 menit sekali. Aku kembali ke klinik dan di cek ternyata masih pembukaan 1. Konsultasi dengan dokter dan akhirnya menempuh jalan induksi. Jam 12.00 siang pecah ketuban, jam 15.00 aku sudah tidak tahan sakit luar biasa dan aku minta sesar saja. Namun belum sempat disesar ternyata kepala Kevin sudah nongol. Aku disuruh mengejan, dan di tarikan nafas ke tiga Kevin Lahir.
Tapi, kenapa ia tidak menangis?
Dokter dan bidan segera melakukan tindakan, mulut Kevin disedot, tubuhnya dibolak balik, sambil mereka menyuruhku untuk berdoa yang banyak. Selama 45 menit yang selalu terpatri dalam otakku sampai sekarang, Kevin akhirnya pergi dengan kondisi tali pusat masih menyatu denganku, bundanya.
Aku? Menangis histeris sejadi- jadinya. Kevin dibungkus kain dan suster menyuruhku memeluknya. Aku peluk Kevin erat, tak kubiarkan suster mengambil Kevinku.
“Suster.!! Susteerrr minta baju..!! Anakku kedinginan..!!” teriakku
Semua orang yang datang ke klinik aku mintai tolong untuk mengambilkan baju untuk Kevin tapi mereka hanya menangis. Aku menangis dan entah apa yang bisa aku katakan untuk melukiskan kesedihanku, aku benci mendengar suara tangis bayi di ruang bayi sebelahku. Jadi aku minta pulang saja ke rumah.
Aku masih belum bisa menerima kenyataan, otakku mulai menggila. Kain gendongan bayi aku lilit lilit, aku pakaikan baju anak, aku gendong, setiap pagi aku jemur di depan rumah dan aku nyanyikan lagu anak anak.
AKU BETUL BETUL JADI GILA KARENA KEHILANGAN INI.
Setiap aku mau tidur aku mengusir suamiku dan menaruh lilitan boneka di sampingku.
Sampai suatu saat suamiku mulai merasa muak dengan tingkahku dan berteriak di hadapanku
“Kalau lo gini mulu gue bisa ikutan gila..!! Kita gila bareng..!!” dan kami berpelukan menangis berdua. Ini berat sekali, kami harus lalui bersama.
Sejak saat itu kami jadi sering pergi keluar, kami habiskan waktu dengan jalan jalan agar aku tidak bertambah gila. Semua friendlist, teman temanku yang punya anak, suka upload foto bayi,aku unfriend semuanya. Semuanya. Aku baru bisa benar benar bangkit setelah 3 bulan. Tiga bulan setelah kehilangan Kevin benar benar jadi hari yang paling buruk untukku.
Tepat empat bulan setelah itu, aku ternyata hamil lagi. Alhamdulillaaahh aku bahagia sekali, aku sudah move on dan sungguh bersyukur dengan kehamilan keduaku. Namun ternyata ujianku belum berhenti, 20 November 2013 saat ulang tahunku, usia kandungan 9 minggu, aku divonis Blight Ovum atau hamil kosong. Seperti petir di siang bolong. Aku keguguran 3 hari sesudahnya, darah mengucur sangat banyak. Lagi,aku menangis kencang. Aku hancur lebur, aku marah pada Tuhan saat itu. Kenapa cobaan hidupku berat sekali?
Aku menunggu kurang lebih 1 tahun untuk hamil lagi, hamil Nayla.
Kehamilan tidak ada masalah dan Nayla lahir dengan selamat ke dunia.
Nayla berumur 14 bulan saat aku menyadari ada yang tidak beres. Kok tiba-tiba dia lemes.. biasanya merangkak oke, kok ini duduk saja sampe jatuh-jatuh. Ditambah lagi kok tiba-tiba dia kalau memegang sesuatu tangannya bergetar. Aku mulai curiga dan membawanya ke dokter anak. Dokter menyuruhku membawa Nay CT Scan. Saat hasil CT Scan keluar, aku penasaran dan browsing di internet. Sungguh aku kaget dan takut sekali, Menurut google, Nay ada lesi iskemik di bangsal ganglia dan nucleus claudatus. Lesi iskemik itu semacam struk yg diakibatkan karna adanya penyumbatan di syaraf otak. Bangsal ganglia itu yang mengatur sensorik dan motoriknya dia, makanya tiba-tiba dia berubah total. Ah tapi aku berharap hanya sok tau dan salah baca.
Saat nama Nay dipanggil aku istighfar sebanyak banyaknya. Dag dig dug luar biasa. Apa yang aku baca di google sama persis dengan diagnose dokter. Nay langsung drujuk ke Klinik Tumbuh Kembang, ke dokter mata, dokter ahli gizi, dokter THT agar melakukan serangkaian tes untuk mencari tahu penyebabnya. Dari situ perjuangan bolak balik RS kami dimulai. Setiap hari menikmati antrian BPJS yang super padat. Dan kami mulai menikmati touring rumah sakit seperti ini.
Alhamdulillah.. selama 1.5 bulan Nay terapi semua perubahan keliatan. Nay mulai aktif lagi dan aku yakin sekali penyumbatan itu sudah tidak ada lagi. Nay sudah kembali normal seperti anak-anak lainnya, dan kami tetap kontrol ke rumah sakit
Sampai suatu hari, Nay demam dan hilang kesadaran, kami pontang panting mencari RS yang ruang PICU nya kosong. Nay koma selama 48 hari dan ia akhirnya menyusul kakaknya, Kevin, di surga.
Nay kekurangan oksigen terlalu lama sehingga membuat kerusakan di otak, atropi otak. Sepanjang aku membaca artikel tentang itu aku meneteskan air mata sepanjang hari. Sampai detik detik terakhir Nay didiagnosa sepsis, infeksinya sudah menjalan ke organ-organ vital. Aku mendoakan Nay setiap waktu, berdoa untuk kesembuhan dan kesehatannya. Dan saat aku melihat tubuh anakku mulai memerah (kata dokter itu pembuluh darah yang sudah mulai pecah) dan kurus serta diagnosa baru selain bronchopneumonia, aku mulai berusaha ikhlas.
Di PICU aku bertemu banyak orang. Aku bertemu banyak kisah mengharukan yang aku rasa lebih berat cobaannya dariku. Di situ aku merasa malu pernah marah pada Allah. Dukungan teman teman baik secara fisik, materi, dan semangat lain membuat aku tetap bisa tegar.
Selama Nay di ruangan itu, sudah sekitar 30 anak yang meninggal. Dari situ aku mulai menyiapkan mental bahwa sewaktu-waktu bisa saja giliran anakku, karena mereka bilang kalau sudah masuk PICU peluang hidup ya 50%.
Setiap aku dapat kesempatan bersama Nay di PICU, aku selalu berbisik ke telinganya sambil menahan tangis.
“Dek., kalau kamu udah gak kuat.. bunda udah ikhlas sayang. Bunda ga tega lihat kamu kesakitan setiap hari, pulanglah nak.. Tapi kalo kamu masih kuat, ayo Nak kita berjuang sama-sama. Bunda sama ayah tidak pernah berhenti berdoa untuk kamu". Dan setiap kali aku berbisik, Nay menggenggam tanganku seolah-olah berat meninggalkanku.
Dan akhirnya ia benar benar pergi di saat subuh, saat matahari belum menyapa melalui jendela rumah sakit.
Kalau orang bertanya apa yang membuatku masih waras sampai sekarang setelah kehilangan? Aku ingat janji Allah bahwa Ia tidak akan memberi ujian melewati batas kemampuan hambanya.
Dan ketika bertemu orang orang yang terus mengucapkan “Trias yang kuat ya, trias kamu hebat banget” sejujurnya itu malah membuatku flashback kepada kenangan kenangan itu. Aku mengerti mereka mendukung dan menghiburku, namun bolehkan ucapan yang datang kepadaku adalah doa
“Trias semoga hamil lagi kembar yaaa” hehe semacam itulah.
Setelah Nay pergi aku gamang, apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Aku butuh uang, biaya rumah sakit tidak sedikit dan kami harus melanjutkan hidup. Tapi untuk bekerja kembali menjadi karyawan aku masih tidak bisa, jadi sekarang aku sedang mencoba melakukan hal yang aku bisa, apa saja yang halal sembari menunggu keajaiban. Aku ingin punya anak lagi, tiga.
Bismillah, doakan aku, doakan kami