Food Aid Blocked by Israel, Gaza Residents Forced to Eat Grass to Live

Food Aid Blocked by Israel, Gaza Residents Forced to Eat Grass to Live
Gaza residents lack food. (REUTERS/Mohammed Salem)

- Palestinians trapped in the Gaza Strip are forced to eat grass in an effort to prevent starvation. 

Humanitarian agency ActionAid revealed that this was done when Israel continues to hamper the delivery of food aid to civilians in the region. 
"People are so desperate that they are forced to eat grass to prevent starvation," explained advocacy and communications coordinator at ActionAid Palestine Riham Jafari, quoted by the Palestine Chronicle, Monday (12/2/2024). 
"Everyone in Gaza is currently starving. People only get 1.5 to 2 liters of water which is not enough every day to meet all their needs," he added. 

Without adequate food and clothing for the cold and rainy weather, people in Gaza are more vulnerable to disease and infection, which spread rapidly throughout the population. 
This condition is further exacerbated by the possibility of expanding land and air invasion by Israel, which could leave the besieged Palestinians in the Gaza Strip increasingly without shelter. 
“We are concerned by reports of an Israeli ground invasion in Rafah and increased airstrikes in the area. Let's be clear: any escalation of hostilities in Rafah, where more than 1.4 million people have fled, would be catastrophic. Where else should the exhausted and starving residents of Gaza go?” Jafari asked. 

Meanwhile, Israel looks set to expand its ground offensive to the southernmost region of Gaza. To be precise, to the city of Rafah, where more than 1.4 million Palestinians now live in makeshift tents. 

In fears of a ground invasion in Rafah, ActionAid warned that any increase in attacks on the region would have dire consequences. 
“There is no longer any place for Gaza residents to flee. "More than 85% of its 2.3 million residents have had to flee their homes over the past four months, and many have been forced to flee multiple times," ActionAid said in a statement. 

"The massive influx of people arriving in Rafah has put enormous pressure on infrastructure and resources, but thousands of people continue to arrive," the humanitarian agency added. 


Gaza residents lack food aid. (REUTERS/Mohammed Salem)

Today, population density in Rafah is so extreme, the available space can only be used for tents, some of which can accommodate up to 12 people. Meanwhile thousands of people live crammed into increasingly unsanitary shelters, where hundreds share a single toilet. 
According to the Gaza Ministry of Health, 27,947 Palestinians have been killed, and 67,459 injured in the ongoing Israeli genocide in Gaza starting on October 7. In addition, at least 8,000 people remain unaccounted for, or are thought to have died in the rubble of their homes across the Gaza Strip. 

Israel's aggression resulted in nearly two million people being forced to flee the entire Gaza Strip. Most of the refugees were forced to flee to the densely populated southern city of Rafah, near the border with Egypt, which is now the largest city in Palestine. 


Bantuan Makanan Dihambat Israel, Warga Gaza Terpaksa Makan Rumput Untuk Menyambung Hidup
Warga Gaza kekurangan makanan. (REUTERS/Mohammed Salem)

 - Warga Palestina yang terjebak di Jalur Gaza terpaksa memakan rumput sebagai upaya untuk mencegah kelaparan.

Lembaga kemanusiaan ActionAid mengungkapkan, hal ini dilakukan ketika Israel terus menghambat pengiriman bantuan pangan kepada warga sipil di wilayah tersebut.
“Masyarakat sangat putus asa sehingga mereka terpaksa makan rumput untuk mencegah kelaparan,” jelas koordinator advokasi dan komunikasi di ActionAid Palestine Riham Jafari, dikutip Palestine Chronicle, Senin (12/2/2024).
"Semua orang yang ada di Gaza saat ini kelaparan. Orang-orang hanya dapat 1,5 hingga 2 liter air yang tidak cukup setiap hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,” tambahnya.

Tanpa makanan dan pakaian yang memadai untuk cuaca dingin dan hujan, masyarakat di Gaza pun lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, yang menyebar cepat ke seluruh populasi.
Kondisi ini semakin diperparah dengan kemungkinan perluasan invasi darat dan udara oleh Israel, yang bisa membuat warga Palestina yang terkepung di Jalur Gaza semakin kehilangan tempat berlindung.
“Kami prihatin dengan laporan tentang invasi darat Israel di Rafah dan peningkatan serangan udara di wilayah tersebut. Mari kita perjelas: setiap peningkatan permusuhan di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi, akan menjadi bencana besar. Ke mana lagi penduduk Gaza yang kelelahan dan kelaparan harus pergi?” tanya Jafari.

Sementara itu, Israel tampaknya akan memperluas serangan daratnya ke wilayah paling selatan Gaza. Tepatnya ke Kota Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta warga Palestina kini tinggal di tenda-tenda darurat.

Dalam kekhawatiran terjadinya invasi darat di Rafah, ActionAid memperingatkan bahwa setiap peningkatan serangan terhadap wilayah tersebut, akan menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk.
“Tidak ada lagi tempat untuk warga Gaza mengungsi. Lebih dari 85% dari 2,3 juta penduduknya harus meninggalkan rumah mereka selama empat bulan terakhir, dan banyak yang terpaksa mengungsi berkali-kali,” kata ActionAid dalam sebuah pernyataan.

“Masuknya orang yang tiba di Rafah secara besar-besaran, telah memberi tekanan besar pada infrastruktur dan sumber daya, namun ribuan orang terus berdatangan,” imbuh lembaga kemanusiaan itu.


Warga Gaza kekurangan bantuan makanan. (REUTERS/Mohammed Salem)

Kini, kepadatan penduduk di Rafah sangat ekstrem, ruang yang tersedia hanya dapat digunakan untuk tenda, beberapa di antaranya dapat menampung hingga 12 orang. Sementara ribuan orang hidup berdesakan di tempat penampungan yang semakin tidak sehat, di mana ratusan orang berbagi satu toilet.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 27.947 warga Palestina telah terbunuh, dan 67.459 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober. Selain itu, setidaknya ada 8.000 orang yang masih belum ditemukan, atau diperkirakan tewas di reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.

Agresi Israel mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza. Sebagian besar di antara pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk, dekat perbatasan dengan Mesir, yang kini menjadi kota terbesar di Palestina.

Post a Comment

Konsultasi Bidan Kita

Previous Post Next Post