Mengenal Penyakit Parkinson dan Gejala yang Harus Diwaspadai
Penyakit Parkinson (Parkinson's disease) adalah suatu penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Sebagian besar kasus terjadi karena alasan yang tidak diketahui, tetapi ada juga yang diturunkan.
Perkiraan insidensi penyakit Parkinson secara kasar per tahunnya adalah 15 per 100.000 penduduk dengan prevalensi 18-328 kasus per 100.000 penduduk.
Sebuah studi di Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa ras Asia memiliki insidensi penyakit Parkinson yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan ras hispanik, kulit putih, dan afrika, yaitu sebesar 11,3 per 100.000 penduduk dalam satu tahun.
Meningkatnya usia harapan hidup akan menyebabkan peningkatan angka kejadian penyakit satu ini. Pada tahun 2030 jumlah penderita Parkinson akan diproyeksikan menjadi 2,5 kali lipat lebih banyak daripada saat ini.
Pada artikel ini kita akan membahas selengkapnya mengenai penyakit Parkinson, mulai dari gejala hingga pengobatan dan pencegahannya.
Gejala yang pertama yaitu resting tremor, yaitu gemetar pada anggota gerak tubuh. Seperti yang diketahui, tremor adalah gejala penyakit Parkinson yang paling terkenal.
Tremor merupakan gejala yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter. Gejala ini bersifat asimetris. Pada awalnya timbul pada satu sisi tubuh, namun selanjutnya dapat melibatkan kedua sisi tubuh.
Selain itu, tremor juga bisa juga terjadi pada saat tidak melakukan aktivitas fisik. Umumnya, diawali dengan gerakan antara ibu jari dan jari telunjuk yang bergerak depan belakang, sehingga sering juga disebut sebagai pill-rolling tremor.
Meski begitu, sebanyak 20 persen penderita tidak menunjukan tremor sebagai keluhan utamanya pada saat berobat ke dokter
2. Bradikinesia
Bradikinesia adalah kondisi saat terjadinya perlambatan gerak. Gejala ini sering dirasakan sebagai kelemahan anggota gerak tubuh, walaupun pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya kelemahan
Penderitanya merasa gejala ini sebagai penurunan ketangkasan anggota gerak saat melakukan aktivitas sehari hari. Pada awal mungkin dirasakan keluhan perlambatan atau agak sulit saat akan bangun dari kursi atau bangun dari tempat tidur.
Kemudian, perlambatan gerak juga terjadi pada otot-otot wajah yang dapat dikenali dengan kurangnya ekspresi wajah dan jarang berkedip.
Pada bagian kaki, berjalan menjadi lambat dan memiliki langkah yang kecil-kecil. Untuk fase lanjut tidak jarang dijumpai posisi penderita yang freezing saat berjalan.
3. Rigiditas
Rigiditas yaitu kaku otot dan sendi. Penderita Parkinson sering mengeluhkan adanya kekakuan dalam menggerakan anggota tubuhnya ataupun dalam menggelengkan kepala.
Kekakuan pada otot dan sendi juga ditandai dengan tulisan tangan menjadi kecil-kecil (micrographia).
4. Gangguan postur dan keseimbangan
Gejala berikutnya merupakan tambahan dari tiga gejala utama di atas yang umumnya timbul pada fase lanjut. Pasalnya, postur tubuh penderita Parkinson relatif lebih membungkuk.
Pada tahap lanjut, tubuh dapat terlihat kaku seperti patung.
Gejala lain
Selain gejala gangguan gerakan yang telah disebutkan diatas, penderita Parkinson juga dapat memiliki gejala lainnya, seperti:
- Hilangnya kemampuan untuk membaui sesuatu. Hal ini dapat dikatakan sebagai salah satu gejala awal penyakit Parkinson, bahkan timbul beberapa tahun sebelum gejala gangguan gerak bermanifestasi.
- Gangguan fungsi otonom, seperti sulit buang air besar, sering mengalami rasa kebelet buang air kecil, gangguan fungsi seksual.
- Produksi air liur yang meningkat disertai oleh gangguan menelan dan perlambatan otot wajah menyebabkan penderita ini sering terlihat ngiler.
- Gangguan tidur
Penyebab Parkinson's disease
Penyebab penyakit ini menurunnya produksi dopamine dalam otak akibat kematian sel saraf di dalam substantia nigra. Sebagai informasi, di dalam substantia nigra terkandung sel saraf yang membuat neurotransmitter (zat kimia otak) menjadi dopamin, yang juga berperan untuk mengendalikan gerakan.
Nah, saat terjadi penurunan produksi dopamine tersebut selanjutnya akan mengganggu sirkuit kelistrikan saraf di dalam ganglia basal, terutama yang mengendalikan gerakan tubuh, fungsi kognisi, dan perilaku.
Penyebab pasti yang membuat kenapa produksi dopamine menurun hingga menyebabkan Parkinson, hingga saat ini masih belum diketahui.
Namun beberapa faktor telah dikenali meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini, yaitu:
- Usia. Diperkirakan sekitar 1 persen dari penduduk di atas usia 60 tahun menderita penyakit Parkinson dan meningkat menjadi 2 persen pada kelompok penduduk diatas 65 tahun. Tetapi rata-rata usia timbulnya penyakit Parkinson adalah 57 tahun dan lebih kurang 5-10 % dari total penderita Parkinson terjadi pada usia dibawah 50 tahun.
- Jenis kelamin. Laki-laki lebih sering menderita dibandingkan wanita dengan rasio 1.5 : 1
- Genetik (mutasi gen, keturunan)
- Faktor Pekerjaan seperti paparan terhadap pestisida dan logam berat.
- Riwayat sering mengalami cedera kepala
Video terkait Parkinson:
Diagnosa Penyakit Parkinson
Apabila Sahabat MIKA mengalami satu atau lebih gejala Parkinson, maka jangan menunda untuk mengunjungi Dokter Spesialis Saraf. Sebagai langkah awal, dokter akan menegakan diagnosis Parkinson melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
Diagnosis klinis dapat ditegakan bila terdapat minimal dua dari gejala utama Parkinson.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis Parkinson adalah Positron Emission Tomography (PET) Scan dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) Scan.
Kedua pemeriksaan penunjang tersebut dapat digunakan untuk membedakan penyakit Parkinson dengan penyakit penyakit lain yang menyerupai Parkinson, seperti multi system atrophy (MSA) dan progressive supranuclear palsy (PSP).
Belum ada pemeriksaan penunjang laboratorium yang dapat digunakan untuk menegakan diagnosis penyakit ini.
Cara mengobati penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson hingga saat ini belum ada penyembuhannya. Semua terapi yang diberikan saat ini sifatnya untuk meringankan gejala klinis yang timbul, memperlambat perjalanan penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Ada tiga tahap dalam mengobati Parkinson, antara lain:
Obat-obatan
Pemilihan jenis obat-obatan dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi penderita. Tetapi pada lini pertama penanganan penyakit Parkinson adalah menggunakan Levodopa, yaitu suatu precursor hormon dopamin.
Namun saat ini terdapat beberapa obat yang memiliki efek kerja seperti dopamine yang dinamakan dopamine agonist.
Mengingat penyakit ini bersifat kronis dan progresif, maka dalam jangka yang panjang efektifitas levodopa akan berkurang. Bahkan obat-obatan menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, dan gangguan dyskinesia. Pada kondisi ini penyesuaian dosis levodopa, pemberian obat-obatan tambahan diperlukan untuk meringankan keluhan penderita.
Terapi
Terkait penanganan Parkinson, dokter akan menyarankan pasien menjalankan terapi seperti fisioterapi, terapi wicara, dan psikoterapi.
Tujuan fisioterapi untuk membantu mengatasi kaku otot dan nyeri di sendi agar dapat meningkatkan kemampuan gerak maupun kelenturan tubuh. Sementara terapi wicara dianjurkan jika Sahabat MIKA mengalami kesulitan berbicara dan sulit menelan makanan atau air liur.
Terakhir psikoterapi disarankan jika pasien mengalami depresi. Prosedur ini dianjurkan untuk menjalani terapi dengan psikolog.
Operasi
Apabila pemberian obat-obatan tidak dapat meringankan gejala, mungkin dokter akan melanjutkan dengan tindakan operasi.
Pilihan metode yang dipilih biasanya deep brain stimulation (DBS) dengan menanamkan elektroda di area otak yang terganggu. Bisa juga dengan gamma knife surgery yang dilakukan jika pasien tidak dapat menjalani tindakan DBS. Tujuan prosedur ini untuk memancarkan sinar radiasi gamma ke bagian otak yang terdampak.
Pada tahun 2002, badan kedokteran Amerika Serikat telah meresmikan penggunaan stimulasi otak dalam untuk membantu mengatasi gejala akibat kurang efektifnya obat-obatan dan gejala akibat efek samping obat levodopa.
Tindakan stimulasi otak dalam adalah suatu tindakan penanaman elektroda di dalam otak pada salah satu struktur berikut nucleus subthalamicus, globus pallidus internus, atau ventro-intermediate thalamus.
Selanjutnya pada elektroda ini akan dihantarkan kekuatan arus listrik sebesar 2-5 V dengan frekuensi 130- 185 Hz yang digunakan untuk memodulasi kelistrikan otak. Adanya modulasi listrik eksternal ini ternyata dapat membantu menormalkan sirkuit kelistrikan otak yang terganggu akibat kekurangan dopamine.
- menggunakan sabuk pengaman saat bepergian dengan mobil, dan sebagainya.
- Lakukan latihan fisik secara teratur karena dipercaya membantu menjaga kadar dopamin di otak.
- Konsumsi makanan yang dapat membantu mengurangi risiko Parkinson. Beberapa makanan yang diyakini mengurangi risiko ini antara lain kunyit, buah beri, apel, beberapa sayuran, teh, dan anggur merah.
Terakhir, jangan lupa untuk selalu rutin melakukan medical check up untuk mendeteksi dini jika mengalami beberapa penyakit, termasuk penyakit Parkinson.
Lakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Saraf jika mengalami gejalanya. Agar memudahkan ketika ingin melakukan janji temu dengan dokter, buat janji konsultasi tanpa antri terlebih dahulu secara online melalui website Mitra Keluarga.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Mitra Keluarga,
Sumber rujukan:
Parkinson's disease early signs and causes (2021), from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/323396
Parkinson's Disease (2022), from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8525-Parkinsons-disease-an-overview
Parkinson's disease (2022), from: https://www.nhs.uk/conditions/Parkinsons-disease/
10 Gejala Awal Parkinson yang Perlu Diwaspadai (2020), from: https://health.kompas.com/read/2020/09/21/090200068/10-gejala-awal-Parkinson-yang-perlu-diwaspadai?page=all
Post a Comment