Anak Sering Mimpi Buruk Tanda Awal Masalah Kesehatan Mental? Begini Penjelasan Psikolog
BIDAN KITA – Bunda, pernahkah terpikirkan kalau sering mengalami mimpi buruk tanda kesehatan mental anak bermasalah?
Sebuah studi ilmiah yang dirilis oleh jurnal Sleep mengungkap temuan cukup mengejutkan, di mana seringnya frekuensi mimpi buruk dan night terror pada anak bisa menjadi tanda awal adanya kondisi psikosis.
Wah, apa itu psikosis dan benarkah mimpi buruk tanda kesehatan mental anak rentan bermasalah di masa depan?
Simak dulu penjelasan berikut untuk tahu jawabannya ya, Bun.
Menurut National Alliance on Mental Illness, psikosis adalah kondisi kejiwaan yang ditandai dengan kesulitan membedakan realita dan imajinasi. Ada dua gejala utama psikosis, yaitu:
Halusinasi: Melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Contohnya, mendengar suara yang tidak bisa didengar orang lain.
Delusi: Meyakini suatu hal yang sebenarnya tidak ada. Contohnya, takut keluar rumah karena merasa ada yang selalu membuntuti.
Selain bisa disebabkan oleh faktor keturunan, trauma, dan cedera fisik, psikosis juga menjadi gejala dari beberapa masalah kesehatan mental seperti PTSD, depresi, schizoprenia, dan gangguan bipolar.
Mimpi buruk termasuk dalam gangguan tidur yang sering dialami anak, dan didefinisikan sebagai mimpi mengganggu yang disertai emosi negatif kuat, seperti rasa takut, ngeri, atau jijik.
Menurut peneliti psikologi perkembangan Dieter Wolke, PhD, mimpi buruk biasanya dialami anak pada fase rapid-eye movement (REM) yang dimulai sekitar 90 menit setelah tertidur.
Sedangkan yang dimaksud dengan night terror adalah gangguan tidur dimana anak setengah terbangun, terkadang sambil berteriak, berkeringat, atau merasa bingung. Biasanya terjadi pada masa transisi dari tidur lelap ke tidur ringan atau saat akan terbangun.
Jangan khawatir dulu ya, Bun. Anak sesekali mengalami mimpi buruk atau night terror itu sebenarnya masih terbilang normal.
Dalam studi kontroversial yang dilansir oleh jurnal Sleep dijelaskan tentang hasil survey yang menunjukkan kalau anak berusia 2 sampai 9 tahun yang sering mengalami mimpi buruk dan night terror memiliki kecenderungan menunjukkan gejala psikosis pada usia 12 tahun.
Namun beberapa pakar seperti peneliti Dieter Wolke, PhD, dan Dr. Clay Jones berpendapat kalau kesimpulan mimpi buruk tanda kesehatan mental anak bermasalah masih perlu diteliti lebih dalam.
Pasalnya, percaya dengan kisah dongeng atau bergaya seperti tokoh imajinasi favorit belum bisa dikategorikan sebagai halusinasi atau delusi, karena masih dalam batasan normal pada tahapan perkembangan anak berusia di bawah 12 tahun.
Bunda juga pasti tahu kan, kalau anak seusia itu terkadang masih suka bergaya seperti putri atau superhero dalam kesehariannya?
Lebih lanjut dijelaskan kalau seringnya frekuensi mimpi buruk dan night terror pada anak tidak selalu berarti ada masalah pada kesehatan mental anak, apalagi kalau tidak ditemukan gejala psikosis lain yang mengganggu kehidupannya, seperti:
Sulit berkonsentrasi.
Selalu murung dan tidak bersemangat.
Sering merasa cemas dan curiga.
Menutup diri dari keluarga maupun hubungan pertemanan.
Berbicara tidak teratur dan sulit dimengerti.
Memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
Namun, kalau frekuensi mimpi buruk anak terlalu sering dan membuat Moms khawatir, ada baiknya segera membawa Si Kecil berkonsultasi dengan psikiater untuk dievaluasi dan dicari tahu penyebabnya.
Jangan sekali-kali mendiagnosa dan mengambil kesimpulan sendiri kalau mimpi buruk tanda kesehatan mental anak bermasalah, Bunda. [ ]
Sumber: orami.co.id