Peristiwa Sakral Yang Mengubah Hidupku Menjadi Seorang Ibu (And This is My First Birthing Story)
Mungkin memang benar bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Sejak pengalaman kehamilan pertama yg mengalami keguguran di usia 8 minggu, kehamilan kedua membuat kami lebih berhati hati.
Sejak awal tau hamil lagi, periksa rutin ke bidan (nyari gratisan di puskesmas :D ) dan ke dokter tempat promil dulu. Dapat pantangan makan ini itu, konsumsi penguat kandungan, dan vitamin ini itu, semua dijalani sebagai bentuk ikhtiar.
Alhamdulillah dari awal hingga akhir masa kehamilan terlewati dengan baik. Hingga datang saat2 menanti hari bertemunya dg buah hati. Hari yang telah dinanti selama berbulan2. Hari dimana perasaan campur aduk antara tak sabar, takut, cemas, dan bahagia.
Jadi IRT dan sedang hamil itu artinya adalah masa paling pengangguran dan masa paling santai, hehe. Banyak waktu yg sangat banyak untuk mau ngapain aja dirumah. Jikalau pagi sudah ngantuk alasan nya adalah bawaan hamil, pun juga kalau rumah berantakan, males masak, males mandi *eh.. Kalau itu kebiasaan (plak!). Tapi dg waktu yg belum sibuk ngapa2in, jd kesempatan untuk cari ilmu tentang hamil dan seterusnya, jd sudah mulai baca2 tentang artikel seputar kehamilan dan persalinan. Ikut forum2 dan komunitas ibu hamil, hingga bertemu dengan sesama ibu hamil yang bisa saling sharing pengalaman selama hamil.
Lalu suatu ketika menemukan artikel tentang "gentle birth". Sebuah persalinan sakral yang bisa dilalui dengan indah, lembut, dan bahagia. Dari artikel itu seperti saling berkaitan dengan istilah "hypnobirthing". Tertarik dengan pembahasan mengenai "hyonobirthing", kemudian hunting buku tentang "hypnobirthing", hingga belajar untuk bisa mensugesti diri sendiri dengan kalimat2 positif.
Hypnobirthing mungkin seperti dzikir, saat mampu dan fokus konsentrasi, maka ia akan membuat hati tenang, pikiran2 positif, dan membuat badan terasa lebih segar.
Pada akhir kehamilan memutuskan untuk pulang ke rumah bapak ibuk dan berencana melahirkan disana. Dan suami pulang setiap 2 minggu sekali (perjalanan 7-8 jam). LDR nih yeee... Hiks...
Hari demi hari menunggu tanda2 cinta dari sang bayi tapi tak kunjung tiba juga. Bahkan kontraksi palsu juga tak muncul2. Hanya perut yg menegang sesekali saja.
Hingga semakin dekat dengan HPL (hari perkiraan lahir), sang bayi masih anteng diperut bundanya.
Galau? Jelas
Nangis? Iya
Khawatir? Cemas? Takut? Ah..itu pasti
Rasanya kayak ada asem2nya gitu. Wkwkwkw... Campur2 kayak nano nano.
Apalagi saat pemeriksaan usg terakhir (39w) ketika dokter langsung menyuruh rawat inap dan di jadwal kan Sectio, rasanya didalam hati bergemuruh hebat.
Bukan, saya bukan anti sectio, karena kelahiran lewat cara apapun, itu adalah yg terbaik yg Allah pilihkan.
Saya hanya belum siap secara mental, secara jiwa, dan juga kepikiran hal2 lain spt biaya dsb.
Dalam hati masih yakin bahwa bayi yg sedang saya kandung ini punya waktu sendiri, dan tubuh saya juga sedang mempersiapkan diri untuk kelahirannya secara alami. Berusaha tetap tenang, walau susah. Berusaha menahan tangis, walau akhirnya keluar juga air mata itu. Beberapa sanak saudara datang menghibur dan meyakinkan bahwa memang belum waktunya, bersabar, ditunggu, pasrah sama Allah.
Ketika HPL-5 datang, saya memeriksakan ke salah seorang bidan, Ibu Nurlaela. Beliau bidan yg ramah, kata2nya positif dan menenangkan hati. Beliau mengatakan "mbak, percaya saja sama Allah, kalau sudah tiba waktunya, bayi ini akan lahir. Lihatlah saja orang2 desa yg agak pedalaman, yang bahkan mereka jarang periksa, datang2 sudah mau lahiran, dan lancar2 juga lahirannya, karena mereka yakin, kalau sudah tiba waktunya, bayi itu akan hadir didunia".
Ya, beliau kembali mengingatkan untuk mensugesti positif diri saya sendiri, agar tetap yakin dan pasrah pada segala ketetapan Allah.
Ikhtiar dan doa yg tak pernah putus. Senam hamil, ngepel jongkok, jalan pagi-sore, naik turun tangga, goyang inul, dan hal2 lain yg disarankan untuk membantu posisi janin dg baik terus dicoba. Pada pemeriksaan terakhir posisi kepala bayi belum terkunci sepenuhnya dipanggul.
Hari itu kamis pagi sekitar pukul 10.00 WIB, saya mendapati bercak darah di celana dalam. Alhamdulillah. Betapa bahagianya melihat itu, karena itu artinya sebentar lagi akan bertemu dg yg ditunggu2 selama 9bulan.
Tapi, kontraksi yg terasa masih terbilang biasa, jarak waktunya juga masih 7-10menit, tapi terus menerus tidak berhenti.
Sore harinya sekitar pukul 16.00 WIB saya memutuskan memeriksakan ke bidan, setelah di cek ternyata belum ada pembukaan, hanya masih terjadi penipisan saja. Bu bidan menyampaikan kalau mungkin sudah mulai dekat dg persalinan, dan memperkiraan mungkin sekitar 2 atau 3hr lagi (sabtu atau minggu), dan akhirnya disuruh pulang lg kerumah (padahal udah bawa tas siaga lengkap jaga2 kalau disuruh nginep, hehe)
Ada sedikit rasa kecewa tapi tetap sangat bersyukur dg hal ini, sebentar lagi...sebentar lagi.. Begitulah saya meyakinkan diri.
Sepulang dr periksa, sehabis maghrib pukul 18.00 WIB, ngabarin suami, telp suami sambil nahan kontraksi (LDR ceritanya T_T ). Rencana suami memang mau pulang hari sabtu, jd kalau perkiraan bidan pas, berarti nanti suami pulang pas persiapan lahiran.
Sempat berpikir ada yg aneh, kenapa kontraksinya jd semakin sering. Ya berjarak 5 menit sekali dan gak berhenti2. Dibikin posisi gimana2 gak nyaman.
Pukul 22.00 WIB merasa perut semakin sering tegang, dan kontraksinya jd semakin intens.
Tp teringay lg kata bidan tadi masih belum ada bukaan. Mungkin emang begini rasanya kalau mau lahiran. Rasa sedep gurih jadi satu. Hhehehehe.
Diri ini tetep berusaha mensugesti positif terus, dan sounding terus ke bayi yg di perut, supaya bantuin bunda, kerjasama sama bunda, kapanpun mau lahir insyaallah bunda siap berjuang.
Disini tetap berusaha tenang, tarik nafas panjang, buang nafas, mengingat2 buku yg dibaca tentang hypnobirthing. Hingga akhirnya karena menahan sakit, keluarlah semua makanan yg dimakan tadi sore, dan akhirnya ibuku tidak tega melihatku mulai lemas, kemudian membangunkan bapak yg sudah tertidur. Lalu kami meluncur ke bidan yg lebih dekat dr rumah, Bu Tanti.
Sampai di rumah Bidan Tanti sekitar pukul 23.00 WIB, saya masih bisa cengengesan, turun dr kendaraan masih bisa tertawa dan tersenyum sambil pegang perut dan menahan kontraksi yg sudah 3 menit sekali. Setelah pemeriksaan tekanan darah dan detak jantung bayi, selanjutnya pemeriksaan dalam. Bidan bilang "sudah bukaan 5 lho mbak".
Masyaallah.... Alhamdulillah.... Bersyukur bersyukur.. Sebentar lagi.. Sebentar lagi.. Batinku berkata berkali2... Membatin semoga anak dan tubuhku saling bekerjasama untuk proses sakral yg indah ini.
Kemudian bidan berkata "kalau lancar, insyaallah 2 jam an lagi bisa lahiran. Mbak e masih bisa senyum2 nih, nanti kalau sudah bukaan 8-10 sudah mulai kerasa, tetap tenang ya mbak, jangan panik".
Setelah bidan bilang begitu, tidak terlalu lama, tiba2 semakin terasa semakin kuat kontraksinya, semakin sering, terasa seperti ada keinginan untuk mengejan, tp harus ditahan, sampai rasanya nafas tersengal2 menahan sakitnya, sambil berusaha dzikir semampunya, sambil memukul2 tembok (*duh malu) rasanya saya tak sadar mengucapkan apa saja, meracau apa saja kala itu.
Lalu hypnobirthingnya??? Buyar sampai disitu (*ahhh malunyaa..sungguh malu)
Di cek lagi oleh bidan sudah bukaan 8, lalu disuruh menahan rasa ingin mengejan. Oh.....itu susah sekali, karena tiba2 saja rasa itu muncul dan pergi...datang dan kembali.. Wehehehehe...
Kondisi saya saat itu sudah lemes, karena sudah muntah, semacam tenaga sudah terkuras menahan kontraksi, tp tetep harus sadar. Perjuangan masih belum usai. Eciiyyee..
Sekitar pukul 01.00 WIB, di cek sudah bukaan 10 artinya sudah bukaan lengkap, waktunya mengejan. Lalu bidan meminta izin untuk memecahkan air ketuban. Oke, td yg disuruh tahan2 sekarang sudah boleh dikeluarkan sekuat tenaga. Tapi oh tapi, berkali2 diri ini berusaha mengejan, tak membuahkan hasil yg berarti. Perasaan capek, lelah, lapar dan mengantuk jd satu. Dan seperti tertidur beberapa detik, bangun lg karena kontraksi. Bidan menyemangati, "ayo mbak, sedikit lagi, sebentar lagi ketemu sama yg ditunggu, sebentar lagi jadi ibu, ayo ingat tentang hypnobirthing nya lagi" sambil terus mensugesti positif. Tak kunjung juga membuahkan hasil.
Awal mulai mengejan dengan posisi terlentang, lalu miring kiri, lalu miring kanan, lalu posisi jongkok, semua dicoba, tp masih susah untuk si bayi keluar.
Dan ketika bidan menyadari tenaga saya yg sudah mulai habis, lalu mengecek detak jantung janin, kemudian bidan memutuskan untuk didorong saja.
Bapak yg sedang menunggu diluar dipanggil oleh bidan. Disuruh membantu dorong perut kearah bawah.
Perlu dua atau tiga kali dorongan dari ibuk dan bapak, juga 2 guntingan di jalan lahir oleh bidan, hingga akhirnya terasa sesuatu yg hangat meluncur keluar. Alhamdulillah! Teriak ibuk melihat cucu pertamanya terlahir didunia. Dan dari sudut matanya terlihat ada buliran bening yg mengalir. Ah..ibuk, tak ada yg bisa menggambarkan perasaanku saat itu, melihatmu sebahagia dan selega itu.
Tapi, setelah bayi itu keluar, tak terdengar tangisan saat itu. Kemudian bidan mengambil sebuah alat untuk mengambil cairan yg kemudian dimasukkan ke mulut bayi, dan akhirmya beberapa detik kemudian terdengar tangisan menggelegar di ruangan itu. Tangisan seorang anak laki2 yg nyaring. Seorang anak laki2 yg kami beri nama "Arka Muhammad Zaky El Fatih", lahir dengan normal spontan, berat 3,4kg dan panjang 49cm, pada hari jum'at 28 Maret 2014 pukul 02.30 WIB.
Syukur dalam hati tak terkira, dan bahkan saat itu aku baru ingat untuk mengabari suamiku. Langsung ibuk mengambil HP mengabari suamiku, lalu mertuaku, dan sanak saudara yg lain (Diiringi dengan backsoundnya tangisan si kecil tentunya).
Suami yg tidak tenang tidurnya malam itu, mungkin merasa apa yg istrinya rasa, dan ada ikatan batin antara kami, hingga ia memutuskan untuk pulang saat itu juga. Walaupun tak bs melihat proses kelahiran putra pertamanya (padahal ingin sekali menemani), tapi aku tahu bahwa doa suami dan orang2 yg kami sayangi yg membantu hingga proses persalinan ini menjadi lancar. Alhamdulillah Ya Allah.
Sebenarnya masih ada proses lanjutan dr persalinan tadi, yaitu....jeng...jeng...jeng... Proses jahit menjahit. Wkwkwkw.
Setelah bayi menangis, tali pusat dopotong, bidan mengangkatnya dan bilang "alhamdulillah, laki2 ya mbak, sehat sempurna, IMD nya nanti ya mbak"
Lalu si bayi ditaruh di tempat bayi yg ada lampunya itu. Bidan kemudian dg perlahan mengeluarkan plasenta. Kemudian meminta izin untuk melakukan penjahitan. Bidan mengatakan kalau ini di bius lokal tp masih terasa sakit krn saraf2nya banyak disini. Dan benar saja, saya menangis karena dijahit. Hehe. Apalagi jahitannya cukup banyak. Yg dalam entah berapa, yg luar 4 jahitan.
Rasanya gimana itunya dijahit ? Guriihhhh cuuyyyy :D
Pemandangan indah ketika Ibuk sedang melihat cucunya, lalu bapak mengadzaninya. Membuat hati ini damaaaaaiiiii sekali. Terlihat binar bahagia dari mata mereka. Ah Ibuk.. Ah Bapak.. Semoga cucumu ini berbakti kepada kalian berdua kelak. Amin..
Setelah saya bersih, bayi bersih, pemberian imunisasi bayi baru lahir, akhirnya IMD sekalian belajar posisi menyusu dg benar.
Susah, karena pertama kali dan belum tahu caranya, juga rasa sakit dibawah sana yg baru dijahit senut senut.
Tapi melihatnya ada dipelukan, bayi mungil ini, terasa sirna semua sakitnya. Bahagia tak terucap saat bisa menyusuinya. Bidan mengarahkan cara menyusui dsb.
Alhamdulillah kolostrum sedikit2 sudah keluar walau belum lancar. Dia mulai menghisap pelan2 dan kemudian tertidur.
Sehabis subuh, bulek datang menjenguk kemudian menggendong si kecil. Saya yg kebelet buang air kecil meminta tolong ibuk untuk mengantarkan ke kamar mandi. Dengan dipapah dan jalan pelan2 bak putri keraton (parno sama jahitan bebbb....) , berusaha dikeluarin tp gak bisa keluar pipis nga. Sampai menangis juga gak keluar2. Akhirnya menyerah dan kembali lg ke tempat tidur, tepat saat bidan datang dan langsung teriak "Ya Allah mbak, jangan jalan2 dulu, habis lahiran gak boleh langsung jalan, tunggu dulu beberapa jam mbak, gak pusing?"
Bidan terlihat sangat panik, lalu tiba2 saya seperti mau pingsan, langsung dipapah naik ke tempat tidur, cek tensi dsb alhamdulillah normal.
Lalu saya bilang kalau mau pipis tp gak keluar, akhirnya bidan membantu mengeluarkan pipis pakai kateter, dan akhirnya lega. Lalu bidan menyarankan sering lg latihan kegel biar syaraf2nya di area kewanitaan cepat pulih.
Pukul 5.30 WIB seiring dg hangatnya sinar mentari pagi yg muncul, kami sudah kembali lagi ke rumah. Alhamdulillah.... Tak henti2nya hati ini bersyukur atas keajaiban demi keajaiban yg Allah berikan. Masih belum percaya bahwa kini saya adalah seorang "ibu". Terimakasih Ya Allahu Rabbi.
Pengalaman pertama melahirkan ini tidak membuat saya trauma dengan persalinan. Walaupun belum bisa menerapkan hypnobirthing sampai akhir, tapi jika diberi kesempatan mengalaminya lagi, ingin sekali bisa melahirkan dg tenang dan nyaman. Seperti judul buku yg saya baca, "Melahirkan Tanpa Rasa Sakit". Insyaallah semoga Allah mengizinkan. Amiinnn...
Insyaallah jika ada kesempatan ingin menuliskan lagi pengalaman saya pasca persalinan yg masih berkaitan dg hyonobirthing. Sebagai pengingat diri untuk selalu bersyukur kepada Illahi Rabbi. Alhamdulillah.
-- Tulisan ini selesai ditulis ketika anak sudah berumur 2tahun 10bulan.
Dari seorang ibu yg masih fakir ilmu.
Malang, 28 Januari 2017. ----
Untuk teman2 yg sedang mempersiapkan persalinan, semoga dimudahkan. Allah yg akan memberi kekuatan. Dan hanya dg izin Allah semua akan terjadi. Hypnobirthing dapat membantu mempersiapkan jiwa dan mental kita, entah persalinan normal ataupun sectio, hypnobirthing insyaallah bisa membantu menenangkan hati kita.
Untuk teman dan sahabat yg sedang menanti, semoga setiap detik penantian selalu mjd berkah, dan tak mengurangi rasa syukur pada hal lain. Allah yang paling mengetahui waktu yang paling tepat untuk setiap episode2 dalam hidup kita.
#myfirstbirthingstory #persalinan
#persalinanpertama
our midwife,midwife,healthy,
Hidupku
Mengubah
Menjadi Seorang Ibu
My First Birthing Story
Peristiwa
Sakral